Sejak usia muda, Prawoto sudah aktif dalam dunia pergerakan saat belajar di AMS B Yogyakarta. Awalnya, ia menjadi anggota Jong Java, yang kemudian berubah menjadi Indonesia Muda, serta menjadi anggota Jong Islamieten Bond (JIB). Setelah lulus dari AMS B, ia bekerja sebagai guru di MULO Kebumen (1932-1935/1351-1354 H). Beberapa tahun kemudian, Prawoto pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di Recht Hoge School (RHS). Meskipun hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat IV, ia juga mengajar di sekolah Muhammadiyah. Selama di RHS, Prawoto aktif di Studenten Islam Studie Club (SIS) dan menjadi ketua terakhir organisasi tersebut. Selain itu, ia menjadi redaktur majalah Moslemsche Reveille yang dimiliki oleh SIS. Prawoto juga bergabung dengan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII), yang pada saat itu dipimpin oleh Dr. Sukiman Wiryosanjoyo.
Pada masa pendudukan Jepang, Prawoto bekerja sebagai pegawai kantor Kadaster di Jakarta. Setelah Indonesia merdeka, ia memegang berbagai jabatan penting, seperti anggota BP-KNIP (1946-1949/1365-1368 H), Ketua BP-KNIP (1949-1950/1368-1369 H), anggota Komisariat Pemerintah Pusat (PDRI), anggota DPRS-RI sebagai Ketua Fraksi Masyumi, memimpin delegasi parlementer ke Pakistan (1952/1371 H), Wakil Perdana Menteri Kabinet Wilopo (1952-1953/1371-1372 H), Wakil Ketua Pemilu Pertama (1955/1374 H), Wakil Ketua I Konstituante (1955-1959/1374-1378 H), dan anggota Komisaris GIA (1956-1960/1375-1379 H).
Selain aktif di dunia politik, Prawoto juga terlibat dalam pendidikan. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris II Pengurus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, anggota Dewan Kurator Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), serta mendirikan beberapa yayasan pendidikan dan pengetahuan Islam.
Prawoto dikenal sebagai tokoh politik yang berhaluan keras, sehingga sering kali ia menjadi tahanan politik. Karirnya di Partai Masyumi dimulai dari jabatan Sekretaris Umum hasil Muktamar VII di Surabaya pada 1954/1375 H, hingga Ketua Umum Pimpinan Masyumi Pusat hasil Muktamar IX di Yogyakarta pada 1959/1378 H. Partai ini akhirnya dibubarkan pada 17 Agustus 1960 (1379 H). Sebagai Ketua Umum, Prawoto berusaha keras untuk merehabilitasi partai tersebut, namun usahanya belum sempat berhasil.
Prawoto meninggal dunia pada 24 Juli 1970 (1389 H) dan dimakamkan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia meninggalkan seorang istri, Rabingah, yang dinikahinya pada 20 Oktober 1932 (1351 H) dan telah meninggal dunia sebelumnya, serta empat orang anak: Sri Syamsiar, Arief Budiman, Nurudin Ahmad, dan Ahmad Basuki.
Karena kesibukannya dalam dunia pergerakan politik, Prawoto tidak sempat menuliskan gagasan-gagasannya secara luas. Satu-satunya karya yang berhasil diterbitkan adalah Pertumbuhan Historis Rumus Dasar Negara dan Sebuah Proyeksi, yang diterbitkan oleh Penerbit Hudaya Jakarta pada tahun 1970 (1389 H).
- Jabatan di YAPI KETUA UMUM (PERTAMA) YAPI (1952-1993)
- Pekerjaan WAKIL PERDANA MENTERI KABINET WILOPO – PRAWOTO (1952-1953)
- Wafat BERPULANG KE RAHMATULLAH 03 JULI 1970
PENDIDIKAN
- AMS B YOGYAKARTARHS (RECHT HOGE SCHOOL) JAKARTA SAMPAI TINGKAT IV